Namanya Rehan, anak terlantar, lahir sudah ditinggal sang ayah, hanya ibunya Ningsih yang setia merawatnya. Namun, keterbatasan ekonomi membuat Ningsih tak mampu untuk mengobatinya. Kini mereka hanya bisa mengharap uluran bantuan dermawan agar bisa berobatHARI KURNIATHAMA, Pemangkat BAYI kelahiran 22-11-2011 bayi tersebut lahir dalam kondisi yang tidak mempunyai ayah, ceritanya pun ironis. Dalam usianya masih belia, bocah malang ini sudah menginap penyakit Hydrocephallus (kepala membengkak). Kondisi ini merenggut senyum dan tawa warga yang tinggal di Dusun Sungai Mas, Pemangkat Kota, Pemangkat ini.
Kini ia diasuh oleh sang ibu, Ningsih, yang tak memiliki pekerjaan tetap.
Dari kisahnya, keluarga dan pihak Puskesmas Sebangkau Pemangkat sudah melakukan berbagai upaya. Baik melalui sumbangan sukarela masyarakat hingga rujukan. Puskesmas Sebangkau bahkan telah mengupayakan bantuan kepada yang bersangkutan, dengan menguruskan surat keterangan anak terlantar miskin ke Dinas Sosial-Transmigrasi dan Tenaga Kerja Kabupaten Sambas, sehingga yang bersangkutan mendapat Surat Keterangan Anak Terlantar Nomor 460/21/Ks/2012 tanggal 23 april 2012 dari Kepala Desa Pemangkat Kota, dan dan Surat Nomor 460/390/STKT/2012 dari Kepala Dinas Sosial-Transmigrasi dan Tenaga Kerja Kabupaten Sambas. Berbekal surat tersebut, maka oleh Puskesmas Sebangkau dibawa ke kantor Askes Sambas guna mengeluarkan Surat Keabsahan Peserta Jamkesmas pada 25 april 2012.
Selain itu Puskesmas Sebangkau juga telah melakukan penggalangan dana melalui gerakan Coin Peduli Rehan, guna meringankan beban orang tua yang bersangkutan. Ketika pasien ini berusia 5 bulan, telah dirujuk dari RSUD pemangkat ke bagian bedah syaraf RSUD Sudarso Pontianak, dengan didampingi bidan desa yang bernama Susila dan ahli gizi yang benama Ade Rasmi dari Puskesmas Sebangkau, selama yang bersangkutan mengalami perawatan di Pontianak. Sayangnya, sampai saat sekarang bocah malang tersebut belum dapat diambil tindakan operatif, dikarenakan ketidaktersediaan bahan operasi. Mau tak mau pasien bersangkutan harus menunggu orderan dari pihak RSUD Sudarso, yang paling tidak memakan waktu hingga tiga bulan.
Selama masa tunggu yang tidak jelas kapan berakhirnya tersebut, Rehan terpaksa pulang ke rumah orang tuanya di Sungai Mas dan diwajibkan kosultasi ke RSUD Sudarso setiap bulannya. Tetapi mengingat lokasi kediaman yang bersangkutan tersebut cukup terpencil dan jarak ke Pontianak yang begitu jauh, membuat bocah ini kesulitan untuk melakukan kontrol setiap bulannya ke RSUD Sudarso Pontianak.
Selama masa penantian tersebut, yang bersangkutan tidak mendapatkan informasi yang pasti mengenai kapan operasi bisa dilaksanakan. Meski pasien ini sudah mengantongi surat sah dan resmi kepesertaan jamkesmas, sehingga dapat gratis dalam pengobatannya, namun tetap saja belum bisa membantu secara optimal. Ketidakjelasan kapan pelaksanaan operasi bagi bocah ini, sangat memrihatinkan, lantaran kondisi kepalanya yang semakin membesar. Meski demikian, kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan dalam kondisi baik karena sering dipantau oleh tenaga medis dari Puskesmas Sebangkau.
Ketua BPD dari desa setempat, Hadran, mengiyakan kondisi bocah malang tersebut. Apalagi, kata dia, keluarga pasien merupakan keluarga tak mampu. “Dibutuhkan biaya besar dan tindakan medis intensif, sehingga penyakit tersebut tak mengganggu pertumbuhan bocah ini,” jelasnya. Ia mengharapkan adanya kepedulian yang tinggi dari mereka yang diberi rezeki lebih oleh Tuhan, agar dapat meringankan dan membantu keluarga kurang mampu ini demi mengobati anaknya.
Sumber:Pontianak Post
Tidak ada komentar:
Posting Komentar