Halaman

Rabu, 04 Juli 2012

Tradisi Sya'ban di Kabupaten Sambas

Bulan sya’ban sudah tiba, artinya hanya sekitar kurang dari sebulan lagi umat muslim akan kedatangan tamu istimewa, Bulan Ramadhan. Bulan yang penuh rahmat dan barokah. Semoga kita disampaikan ke Ramadhan kali ini hingga selesai dan diberikan kekuatan untuk bisa mengisinya dengan amalan terbaik kita, amin.
Bulan Sya’ban  memiliki banyak keutamaan dibandingkan bulan-bulan yang lain,oleh karena itu, banyak umat muslim yang mengisinya dengan berbagai kegiatan
. Nabi Muhammad sendiri juga mengisi bulan ini dengan amalan-amalan pemanasan menuju Ramadhan, Puasa sunah dan sedekah diperbanyak.
Tapi ada yang unik di Kab Sambas, Kalimantan Barat,acara yang sering dilakukan adalah Sya’banan.Acara Sya’banan adalah nama lain dari Tahlilan, mengirim doa ke sanak famili yang sudah meninggal. Tapi tidak membaca Yasin.Setelah acara tahlilan selesai dilanjutkan dengan doa kemudian baru;ah dilanjutkan dengan acara makan-makan "saprahan" ala Sambas.

Hampir setiap hari selepas pertengahan Sya’ban ada warga yang mengadakannya.Sya’banan merupakan bentuk bersedekah warga Sambas dengan mengundangnya makan bersama di rumah. Acara Sya’banan terdiri dari dua gelombang. Pertama adalah jamaah lelaki yang melaksanakan doa. Jika jamaah lelaki sudah selesai barulah ibu-ibu datang beserta anak-anaknya membawa beras atau bahan pokok lainnya untuk tuan rumah. Jika di Jawa biasanya jamaah Tahlilan pulang dengan membawa makanan yang biasa disebut Berkat. Tapi di Kabupaten Sambas , tidak ada Berkat, tidak ada makanan yang dibawa pulang. Jamaah yang hadir makan bersama di rumah tuan rumah dengan cara Saprahan.
Kadang-kadang dalam satu hari ada lebih dari satu undangan acara Sya'banan yang harus di hadiri.

Saprahan adalah makan bersama enam orang. Tidak boleh kurang atau lebih, kecuali jika sangat terpaksa. Dalam Saprahan, semua serba enam, piring yang disediakan, lauk-pauk yang dihidangkan, dan minuman yang disajikan. Walau lauk-pauk yang disajikan ada enam macam, bukan berarti setiap anggota Saprahan boleh mengambilnya satu-persatu.

Kemudian, nasi tambahan juga disediakan dan seakan  menjadi hal yang wajib dalam Saprahan.Yang menarik adalah lauk pauk yang disajikan, ehhmmm, lezat semuanya. Ada daging sapi, ayam, ikan Kakap, Tongkol, atau Bawal, udang, telur, sayur, timun. Enam diantara lauk-pauk itu selalu ada di Saprahan. Tentu dengan komposisi yang berbeda di setiap rumah

2 komentar:

  1. sebuah tradisi yg merusak aqidah...menurut sy & menurut sebagain besar ulama tradiri termasuk bid'ah spserti halnya tahlilan (3 hari, 7, hari, 40 hari dst)...ruwahan ini krn terkesan dipaksakan...mengapa tidak bersedekah atw mengajak makan anak2 yatim saja di panti asuhan atw org miskin? bukankah itu lebih baik drpd mengajak makan para tetangga yg setiap saat sudah kenyang...? thing about it...
    pelaku bid'ah lebih berbahaya drpd pelaku kriminal sekalipun...maaf

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tradisi ini bukan termasuk bid'ah yg anda kira, maksud dari makan saprahan di bulan sya'ban adalah berkumpul bersama-sama warga untuk mendoakan keluarga tuan rumah. Ada pun acara saprahan tsb adalah sebagai acara konsumsi saja. Jadi jangan terlalu cepat menafsir adat dan tradisi suatu suku. Makasih

      Hapus