Halaman

Senin, 16 Juli 2012

Budi,Bocah Jawai Penderita Tumor Perut

Budi, warga Sentebang, Jawai, penderita tumor di perut
Orangtua mana yang tak miris hatinya jika anaknya sakit. Keterbatasan ekonomi membuat Annisah dan Bastian, tak mampu membiayai operasi Budi, putera mereka yang berusia 10 tahun, penderita tumor perut. Akibat pembengkakan pada perutnya, kini Budi tak bisa berlari, apalagi ingin mengenyam bangku sekolah. HARI KURNIATHAMA, Jawai
LANGKAH koran ini terhenti sejenak tatkala ingin meliput berita duka tewasnya warga Desa Bakau, Jawai, almarhumah Rosita. Tepatnya di RT 13 RW 5 Dusun Sentebang Utara, Sentebang, Jawai. Di rumah yang catnya luntur itu, tampak seorang bocah bercelana pendek tak berbaju, bermain di samping rumah. Asyik bermain sedirian, bocah yang kemudian diketahui bernama Budi tersebut tak merasa ada tamu yang datang. Keheranan begitulah raut wajahnya melihat koran ini didampingi tokoh pemuda Jawai, Syahrial, dan salah satu staf kantor Camat Jawai, datang menghampirinya. 


Diam, itulaah reaksi bocah yang perutnya kian membesar tersebut. Tak ada rengekan tangis apalagi tawa. Wajahnya kalem. Perutnya yang membulat, membuatnya kesulitan berjalan, apalagi berlari. Selang berapa lama, sang bunda pun datang. Kami pun menyalami Annisah dan berbincang-bincang di ruang tamu, sementara Budi asyik bermain di teras depan rumah.

Menurut Annisah, pembesaran pada perut anaknya terlihat sejak Budi berusia 2 tahun. Ia dan suami pun telah memeriksakannya ke rumah sakit di Pemangkat, di mana awalnya disebut penyakit liver. Tak percaya, ia pun melakukan pengobatan ke Singkawang hingga ke Pontianak. Akhirnya mereka mendapatkan diagnose dokter bahwa Budi terserang tumor di bagian dalam perutnya. 

Mereka, oleh dokter, disarankan merujuk putera mereka tersebut ke Jakarta, agar Budi segera dioperasi. Namun apa daya, pasangan yang sehari-harinya hidup dari bertani tersebut tentu saja tidak sanggup. “Kebutuhan harian saja pas-pasan, apalagi mau operasi hingga Jakarta, kami tak mampu,” ungkap Annisah lirih. Akhirnya mereka menempuh jalur pengobatan alternatif, yakni dengan memberikan Budi susu kuda liar untuk menjaga stamina bocah tersebut. Meski tak ada keluhan berarti, mereka yakin anaknya kesakitan, meski tak merengek sakit. 

Namun yang jelas, ibu kandungnya ini mengungkapkan bagaimana Budi tidak pernah tidur layaknya anak-anak normal. “Dia tidak pernah tidur di tilam atau kasur, di mana ia suka ia tidur dan lebih sering di lantai tanpa alas, mungkin kepanasan,” jelas sang ibu.  Meski umurnya sudah masuk usia sekolah, pembesaran perutnya tak memungkinkan orangtuanya mendaftarkan bocah tersebut ke sekolah. “Jadi tak sekolah Pak, kasihan lihat kondisinya,” imbuhnya dengan nada sedih.  Kini Budi butuh bantuan. Bagi mereka yang memiliki keringanan rezeki, agar dapat meringankan beban keluarga Budi ini, dengan menghubungi Syahrial pada narahubung 081256663122. (*) 


Sumber:Pontianak Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar